Pagi di Minggu Akhir Februari
Di pagi yang terbiasa oleh sendiri, ditengoknya arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiri.
Sepasang kaki yang sudah dibalut oleh sepatu biru akhirnya memantabkan langkah menuju pembuktian diri.
Sepi..
Tak ada lalu lalang di jalan yang ia lalui.
Tapi dengan ringan hati ia tetap langkahkan kaki menuju tempat dimana ia dapat berdiri seorang diri dan menutup hati untuk kecewa yang pernah ia alami.
Beberapa langkah yang terlewati, akhirnya ia memaksakan diri berlari menempuh jalan yang ditapakinya sendiri.
Begitulah hati, ketika bertemu dengan yang pernah menyakiti.
Membiarkan derap langkah kaki semakin menjauhi sumber patah hati.
Di akhir bulan Februari semua semakin jelas, untuk apa mempertahankan hati diisi oleh orang-orang yang pernah menyakiti?
Salam Aksara,
-NH-
(yang masih mencoba merangkai kata atas apa yang dirasanya)
Komentar
Posting Komentar