Catatan tentang Ketakutan(ku)


Ketika setiap saat yang ku lalui selalu saja banyak yang bertanya. Apa yang kamu lakukan? Apakah kau sedang ada dalam sebuah ketakutan? Tidakkah kau mencoba mencari jalan keluar?
Jawabannya ya, aku sedang dalam sebuah ketakutan, bukan hanya ketakutan untuk memulai. Aku berada pada ambang ketakutan akan hasil yang nantinya tak sesuai. Aku berada pada ketakutan yang tidak bisa kuhadapi sendirian. Aku sudah muak berada diantara mereka yang hanya memanfaatkan untuk sekedar mendapat pujian. Aku takut, akan hal-hal yang orang lain tidak bisa pikirkan. Aku takut.
Aku tidak tahu hidup ternyata terlalu kejam. Dan ya, aku benar-benar takut.
Aku takut aku tidak mengenal orang-orang disekitarku.
Aku takut aku tidak tahu apa yang sedang kuperjuangkan.
Aku takut memiliki pemikiran yang salah, sebab ketika aku berpikir adakah orang-orang yang peduli? Aku hanya merasa mereka tidak lebih dari sekedar ingin ada yang dibanggakan dariku. Bukankah ketika kamu ingin melihat orang lain benar-benar peduli padamu adalah dengan melihat apakah mereka akan kecewa dengan apa yang kamu lakukan atau tidak?
Entahlah, pemikiran macam apa ini. Aku merasa benar-benar takut. Aku takut aku tidak mengenal diri sendiri. Aku tidak tahu apa yang seharusnya aku lakukan dengan ketakutanku ini. Ketakutan yang membuatku enggan untuk beranjak dan melakukan sesuatu, ketakutan akan diriku sendiri, akan pemikiran-pemikiran yang jelas terlihat salah di mata orang lain. Tapi enggan untuk kuakui.

Salah seorang penulis pernah mengatakan dalam bukunya yang berjudul “Egosentris”,
Katanya ada yang lebih menakutkan,
dari tak mengenal diri sendiri.
Adalah tak mengenal,
Dari harapan dan doa siapa kita terlahir.
Maafkan aku atas pemikiranku yang salah selama ini, atas harapan dan doa yang terabaikan olehku, atas kesempatan yang tak kumaksimalkan. Maaf atas segala hal yang telah terjadi T_T

Untuk yang ketakutan dan bersembunyi.
Untuk yang dibedakan dan diasingkan.
Tegak dan hiduplah.
-Egosentris-
(Syahid Muhammad)

Terimakasih atas bacaan yang membuatku akhirnya mengutarakan sesuatu yang tak tahu harus kupendam sampai kapan, meskipun apa yang ingin kusampaikan tidak benar untuk kupikirkan. Tapi setidaknya, aku sedikit lega dapat menulis ini di saat-saat aku perlu penguatan.

Semarang, 23 Juli 2018
-NH-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel KALA

Tentang AMOR FATI

Sebatas Teman.