Catatan Kecil di Awal yang Baru
Dalam sebuah kutipan yang pernah ditulis oleh salah seorang penulis favoritku, Tere Liye, beliau menuliskan bahwasanya,
"Kata "Maaf" tidak akan membuat yang terlambat jadi tepat waktu.
Kata "Maaf" juga tidak akan membuat yang terlanjur tersakiti jadi sembuh sedia kala.
Kata "Maaf" apalagi, juga tidak bisa mengembalikan yang telah pergi; menghapus salah menjadi benar; yang rusak seketika menjadi baik.
Tidak bisa.
Tapi kata "Maaf" yang tulus dan ihklas, melampaui ukuran itu semua, melewati ukuran dunia. Kata "Maaf" bisa menyiram hati menjadi lebih cemerlang. Bening. Damai. Dan itulah hakikat memaafkan."
Saat kita dihadapkan pada banyak hal yang membuat kita sakit hati, pada hal-hal yang membuat kita ingin marah, lantas kita tetap diam dan mencoba bersabar. Saat itu hati kita sedang belajar untuk menerima, hingga tiba saat dimana mereka yang membuat kita sakit hati, mereka yang membuat kita ingin marah akhirnya mengutarakan permintaan maaf dan kita bisa menerimanya, saat itu hati kita belajar arti memaafkan.
Namun, saat hal-hal yang membuat kita ingin marah itu ternyata benar-benar membuat kita marah karna kita tidak bisa mengendalikan hati kita. Maka disitu, kita yang harusnya mengutarakan permintaan maaf.
Karna meminta maaf, bukan perkara siapa yang benar dan siapa yang salah. Meminta maaf adalah salah satu cara menurunkan ego, mendamaikan hati, dan menjaga silaturahmi.
Malam ini, pesan masuk begitu banyak dari keluarga, saudara, teman, dan siapapun yang mengenal kita. Isi pesan yang intinya sama, permintaan maaf. Sebenarnya, permintaan maaf dan pengkuan kesalahan bisa disampaikan dan diutarakan kapan saja bahkan sesaat setelah kita berbuat salah atau berbuat sesuatu yang tak mengenakkan hati. Hanya saja tidak banyak dari kita yang bersedia mengakui dan melakukannya. Untuk itu, momen seperti ini adalah kesempatan baik bagi kita untuk saling mengingatkan bahwa menjaga silaturahmi itu penting dengan memulai merenungkan segala kesalahan dan kekhilafan kita selama ini, lalu meminta maaf kepada yang bersangkutan.
Karna malam ini, di malam 1 Syawal 1438H. Gema takbir berkumandang, masjid dan mushola ramai riuh oleh takbir. Jalanan ramai dibeberapa tempat. Di tempat aku berdiam sekarang pun, jalan depan rumah kini terlewati oleh banyak kendaraan yang mengumandangkan takbir dengan mengelilingi penjuru kota. Dan di tempat lain, jalan ramai oleh mereka yang sedang menuju kampung halaman. Mereka adalah orang-orang yang meninggalkan kampung halamannya dan merantau ke kota orang. Entah untuk bekerja, menimba ilmu, atau alasan yang lain. Namun rindu membawa mereka untuk kembali ke tempat semula.
Malam ini adalah salah satu malam yang istimewa.
Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakan 😊
Rbg, 24 Juni 2017
1 Syawal 1438H
-NH-
(Yang masih belajar maaf memaafkan)
"Kata "Maaf" tidak akan membuat yang terlambat jadi tepat waktu.
Kata "Maaf" juga tidak akan membuat yang terlanjur tersakiti jadi sembuh sedia kala.
Kata "Maaf" apalagi, juga tidak bisa mengembalikan yang telah pergi; menghapus salah menjadi benar; yang rusak seketika menjadi baik.
Tidak bisa.
Tapi kata "Maaf" yang tulus dan ihklas, melampaui ukuran itu semua, melewati ukuran dunia. Kata "Maaf" bisa menyiram hati menjadi lebih cemerlang. Bening. Damai. Dan itulah hakikat memaafkan."
Saat kita dihadapkan pada banyak hal yang membuat kita sakit hati, pada hal-hal yang membuat kita ingin marah, lantas kita tetap diam dan mencoba bersabar. Saat itu hati kita sedang belajar untuk menerima, hingga tiba saat dimana mereka yang membuat kita sakit hati, mereka yang membuat kita ingin marah akhirnya mengutarakan permintaan maaf dan kita bisa menerimanya, saat itu hati kita belajar arti memaafkan.
Namun, saat hal-hal yang membuat kita ingin marah itu ternyata benar-benar membuat kita marah karna kita tidak bisa mengendalikan hati kita. Maka disitu, kita yang harusnya mengutarakan permintaan maaf.
Karna meminta maaf, bukan perkara siapa yang benar dan siapa yang salah. Meminta maaf adalah salah satu cara menurunkan ego, mendamaikan hati, dan menjaga silaturahmi.
Malam ini, pesan masuk begitu banyak dari keluarga, saudara, teman, dan siapapun yang mengenal kita. Isi pesan yang intinya sama, permintaan maaf. Sebenarnya, permintaan maaf dan pengkuan kesalahan bisa disampaikan dan diutarakan kapan saja bahkan sesaat setelah kita berbuat salah atau berbuat sesuatu yang tak mengenakkan hati. Hanya saja tidak banyak dari kita yang bersedia mengakui dan melakukannya. Untuk itu, momen seperti ini adalah kesempatan baik bagi kita untuk saling mengingatkan bahwa menjaga silaturahmi itu penting dengan memulai merenungkan segala kesalahan dan kekhilafan kita selama ini, lalu meminta maaf kepada yang bersangkutan.
Karna malam ini, di malam 1 Syawal 1438H. Gema takbir berkumandang, masjid dan mushola ramai riuh oleh takbir. Jalanan ramai dibeberapa tempat. Di tempat aku berdiam sekarang pun, jalan depan rumah kini terlewati oleh banyak kendaraan yang mengumandangkan takbir dengan mengelilingi penjuru kota. Dan di tempat lain, jalan ramai oleh mereka yang sedang menuju kampung halaman. Mereka adalah orang-orang yang meninggalkan kampung halamannya dan merantau ke kota orang. Entah untuk bekerja, menimba ilmu, atau alasan yang lain. Namun rindu membawa mereka untuk kembali ke tempat semula.
Malam ini adalah salah satu malam yang istimewa.
Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakan 😊
Rbg, 24 Juni 2017
1 Syawal 1438H
-NH-
(Yang masih belajar maaf memaafkan)
Komentar
Posting Komentar