Marah
Aku merasa asing padahal kita selalu bersama, Hatiku terasa jauh padahal raga kita sangatlah dekat. Isi kepalaku riuh tak bisa keluar, tapi lidahmu begitu ringan menyuarakan. Lantas apa yang terjadi? Kita menjadi tidak sepaham, Aku merasa menjadi yang terluka, dan kamu bagiku begitu melukai. Kita menjadi dekat yang saling mengasingkan. Aku dengan isi kepalaku, dan kamu dengan kata-katamu. Aku dengan khawatirku, dan kamu dengan putus asamu. Padahal kita tahu, marah tak pernah membaikkan siapa pun, Ia mengasingkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat, Tapi kita terbuka sekali menerimanya. Kini, Marah telah menelan habis segala rasa, Hingga yang tersisa hanya kita yang saling menyakiti. Dengan hati yang tak lagi saling tertambat, dan raga yang menjauh saling membelakangi. Menghancurkan yang utuh menjadi kepingan sabar yang tersebar, Tak genap saat dipungut, dan tak bisa direkat kembali utuh. Semoga kita bisa lekas belajar, Bahwa pada akhirnya...